Monday, January 14, 2013

IBU



hari ini penuh dengan pelajaran berarti untukku
hari ini menghiasi makna hidup diversity
hari ini melukiskan pelajaran, hidup dan .... cinta

Dosen yang baru kukenal masuk keruangan, "oh bukan dengan dr.Ed*"kataku
beliau tampak tegas, pintar dan gambaran muka yang agak galak sepertinya
ternyata memang begitu, dr.Elit*a namanya, dr yang selama ini bertanggungjawab di lab histologi, selama ini ku belum melihat sosok beliau, dan tadi siang adalah kali pertama.

Dalam proses mengajar beliau mengajarkan dengan membawa pola pikir kami kearah analisis, dosen yang jarang ku temui, walau kata orang beliau killer, tapi  bagiku begitulah esensi dosen yang kuharapkan, memang nada bicara beliau agak tinggi, tapi justru itulah yang menjadikan ku paham, tipe-tipe dosen yang killer mungkin yang mengaktifkan adrenalinku dalam belajar, disinilah ku belajar 1 hal, aku hendaknya belajar dengan membawa pola pikir analisis, kritis dan sistematis, begitulah esensi yang seharusnya ku terapkan, dengan pembelajaran tadi sianglah yang menyadarkanku kembali tentang pola pikir dokter yang seharusnya, karena esensinya bukan masalah hapalan tapi lebih analisis dan cara berpikir dalam mengambil sudut pandang.

Dalam pembahasan kuliah tentang kelainan pembentukan surfaktan pada bayi, beliau kemudian bercerita tentang pengalaman hidup beliau:  (mohon maaf ya dok kalau ceritanya agak salah karena cerita ini saya delay untuk ditulis  dan pada akhirnya baru hari ini bisa dituliskan kembali ; 22 desember - 14 januari 2013)

Pada kehamilan yang kedua, pada usia kehamilan sekitar 6 minggu, beliau bercerita kalau dokter obgyn mendiagnosa kehamilan beliau dg plasenta previa / plasenta yang menghalangi jalan lahir,  hal ini mungkin menjadi cobaan yang harus beliau alami, suatu ketika pada saat beliau didapur, dalam keadaan kehamilan yang semakin membesar, beliau mengalami perdarahan/bleeding yang luar biasa, beliau menggambarkan keadaan dapur yang dipenuhi oleh lautan darah, sampai beliau harus dirawat diRs dengan sistem tirah baring, beliau harus menjalani masa-masa perawatan diRs dalam kondisi pembatasan pergerakan oleh karena menghindari perdarahan yang besar, oleh karena plasenta semakin menarik jalan lahir, pada suatu hari yang menjadi cobaan beliau, tanpa diduga beliau menderita malaria, mungkin oleh karena lingkungan Rs yang tidak bersih, keadaan ini makin memperparah kondisi kehamilan yang memasuki 6 bulan 3 minggu, dan beliau pun  koma selam 3 hari oleh karena penyakit yang semakin memperlemah kondisi beliau, dan suatu keadaan yang menjadi keputusan yang tidak bisa di elakkan yaitu ketika dokter penyakit dalam harus memutuksan pemberian obat malaria untuk mengatasi penyakit beliau yang semakin parah, dalam keadaan koma beliau tidak tahu apa-apa tentang kondisi ini, dan suaminya lah yang memberikan keputusan bahwa beliau (istrinya) harus diselamatkan (dengan pertimbangan farmakodinamik obat yang berdampak buruk pada janin). akihrnya beliau bisa pulih, kemudian dokter penyakit dalam menyampaikan keputusan yang harus dilakukan ketika masa-masa beliau koma, yaitu pemberian obat malaria untuk mengatasi penyakit beliau yang semakin parah, beliau yang juga sebagai dokter sangat memahami apa yang akan terjadi pada kondisi janin atas pemberian obat malaria yang memilki kontra-indikasi pada janin, beliau berkata "jika pada saat itu saya sadar, maka saya akan mempertahankan janin ini tetap hidup normal, walau mengorbankan nyawa saya sekalipu, itulah hati seorang ibu pada anak yang dikandungnya" sambil beliau meneteskan air mata, keadaan ruang kuliah semakin hening dengan aura kesedihan, beliau menambahkan "itu lah yang membedakan hati seorang ayah dan hati seorang ibu, ketika ayah harus memilih istrinya dengan pikiran logiknya tapi lain halnya dengan ibu yang pasti memilih anak yang dikandungannya dengan hati nurani".
Dalam hari-hari semasa beliau diRs beliau lalui dengan berkomuikasi dengan janin, "dek, tenang saja ibu akan nerima kondisi kamu kok? jangan sedih ya?" sontak satu kelas makin terharu, beliau terus membelai kandungannya, berbicara, menedengarkan musik, bacaan alquran kepada janin, dan sampai menentukan sekolah yang akan anaknya tempati nantinya, beliau menelpon salah satu rekannya menanyakan sekolah luar biasa (SLB) terbaik diindonesia, kemudian dalam suatu hari yang tidak pernah beliau lupakan, ketika perdarahan mulai beliau alami lagi ditengah cobaan yang berat, dokter obygn memutuksan untuk melakukan tindakan saesar yaitu upaya pengeluaran janin lewat abdomen dalam usia kehamilan 7 bulan kurang 3 minggu yang mengharuskan ditengah perdarahan yang semakin hebat, ketika itu beliau menyadari bahwa surfaktan belum terbentuk, sampai akhirnya beliau meminta untuk menunggu 3 minggu lagi, belum sampai genap 3 minggu dokter obygn memutuskan saesar segera mengingat keadaan plasenta dan perdarahan, dengan segenap hati beliau dan suami harus memutuskan keputusan yang luar biasa berat bagi mereka yaitu mengelurkan janin yang belum sempurna pembentukan surfaktannya (cairan yang amat penting dalam mekanisme pernafasan normal), akhirnya bedah sasear pun dilakukan. pada proses pengeluran janin, dengan segenap hati beliau serahkan semua keputusan pada Allah Swt, pada tangisan pertama beliau terus berdoa agar bayi bisa menangis seterusnya, dan tanpa diduga mukjijat Allah pun diperlihatkan, bayi pun menangis dengan normal, yang secara fisiologis keadaan surfaktan sudah mencukupi untuk janin bernafas normal, Subhanallah, untuk ini beliau sangat bersyukur bahwa bayinya hidup dengan selamat, dalam masa perawatan bayi masih ada hal yang beliau pikirkan yaitu kondisi intergritas otak bayi, tapi beliau berkata bahwa untuk bayi itu hidup saja saya sudah sangat bersyukur dengan apapun kondisinya, dalam masa-masa pertumbuhan dan perkembangan anak beliau, dengan usaha yang beliau terus lakukan agar si anak dapat hidup normal, sampai si anak duduk di kelas 1 SD, satu hal yang tidak pernah saya lupakan yaitu ketika anak saya menunjukan raport semesternya dan mengatakan "mami, aku juara satu" sambil terharu dengan iringan keharuan teman-teman satu kelas.
sampai saat ini anak beliau termasuk dalam anak yang cerdas dikelasnya, sampai suatu ketika beliau dengan anaknya pergi menemui dokter spesialis penyakit dalam yang dulu memutuskan tindakan, dengan mengatakan "dok, masih ingat ga tentang anak yang saya kandung dulu, ketika saya harus diberi obat malaria, ini anaknya sekarang" sambil menunjukan kemapuan anaknya yang luar biasa.

begitulah cerita nyata yang luar biasa oleh pengalaman hidup seorang ibu sekaligus dosen dan dokter yang bisa kita ambil hikmahnya, begitu luar biasa cinta ibu yang mengiringi mukjijat Tuhan untuk berkata "beda" dengan teori dan hukum yang sudah dibuat (ilmu kedokteran).

No comments: